Minggu, 02 September 2018

Potretmu di Whatsapp


Whatsapp adalah media sosial yang paling diganrungi anak manusia jaman now. Ada banyak orang yang dapat mengirim dan menerima sampai 1000 pesan sehari-semalam. Biayanya pun murah, mudah, praktis dan meriah. Tidak perlu sekolah tinggi untuk menggunakan whatsapp.

Whatsapp, telah menuntun dan mempertemukan orang-orang untuk berkelompok. Dari kelompok rumpun keluarga, teman sekolah, sekampus, sekampung, sekantor, seprofesi, dan berbagai komunitas lainnya.

Nilai manfaatnya pun berganda, ada banyak orang kembali terhubung teman dan saudaranya yang sudah lama terputus. Orang-orang bisa bertemu kembali (reuni), sampai bertukar nomor handphone. Bahkan mungkin ada orang yang telah putus cinta, kembali bersemi karena ketemu di grup whatsapp.
Tapi pada saat yang sama, identitas diri sendiri, potret diri, karakter, dan watak orang-orang yang hobi ber-whatsapp ria, pelan tapi pasti mulai terbuka. Anggota grup mulai saling berkenalan, lewat bentuk postingan.

Orang yang suka posting berita dan meme (gambar) agama, dinilai orang religius. Orang yang suka posting informasi baru dan meme inspiratif, dinilai orang terpelajar. Orang yang suka posting berita dan gambar tidak sopan, dinilai genit. Orang yang suka posting gambar makanan, dinilai hobi makan, dan seterusnya.

Tapi yang paling sering merisaukan anggota grup adalah orang yang suka posting dan komentar dengan “huruf kapital dan gambar marah (merah).” Orang seperti ini, pasti dinilai oleh banyak orang sebagai orang yang berpikiran emosional. Jiwa dan hati orang seperti ini tidak humanis. Anggota grup seperti ini terkadang dimusuhi dan bahkan diluarkan dari grup. Kendati, kadang ada anggota lain yang membelanya ceme online.

Simpul kalimat, kata, komentar, dan gambar yang engkau sering posting di grup whatsapp-mu, menujukkan siapa dirimu sebenarnya. Sifat-sifat aslimu sebagai seorang saudara dan sahabat mudah ditebak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar